Page 42 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 42

  Perilaku Etik (Ethical Behaviour): menggambarkan seperangkat asas yang
              menjadi pedoman perilaku atau tindakan yang harus ditunjukkan oleh
              penyelenggara  Pemilu,  peserta  Pemilu  serta  pemantau  Pemilu  di
              hadapan publik terkait dengan respon mereka terhadap norma-norma
              yang menjadi landasan penyelenggaraan Pemilu. Perilaku tersebut dapat
              diukur  dari  konsistensi  berbagai  pihak  di  atas  untuk  mengakui,
              menyepakati dan melaksanakan asas-asas kepatutan yang ditunjukkan
              melalui  perilaku  penyelenggara  untuk  menghasilkan  Pemilu  yang
              demokratis.  Sebagai  contoh,  mengacu  pada  Peraturan  Bersama  KPU,
              Bawaslu dan DKPP Nomor 13 Tahun 2012, Penyelenggara Pemilu terikat
              oleh asas-asas terutama terkait dengan kewajiban untuk bersikap netral
              atau  imparsial,  jujur,  adil,  terbit,  bertindak  berdasarkan  kepastian
              hukum,  keterbukaan,  akuntabel,  profesional,  efisien,  efektivitas  dan
                                                     1
              mendasarkan pada kepentingan umum.   Asas-asas yang dimaksud juga
              dapat  dipelajari  dari  karya  Wall  (2016)  terkait  penyelenggara  Pemilu.
              Mencermati konteks etik perilaku baik yang dinyatakan dalam Peraturan
              Bersama tersebut dan asas yang diajukan oleh International IDEA, pihak
              yang  menjadi  objek  etika  perilaku  tersebut  adalah  penyelenggara
              Pemilu.  Penyelenggara  Pemilu  bertanggung  jawab  secara  hukum,
              administratif,  operasional  dan  teknis  seluruh  tahapan  Pemilu.  Adanya
              etika  perilaku  tersebut  menjadi  rambu-rambu  normatif  agar
              penyelenggara tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada
              malpraktik  Pemilu,  apapun  bentuknya  (administrasi,  pidana  dan
              pelanggaran kode etik).


             Jujur  (Fairness):  mengandung  makna  sikap  perilaku  yang  konsisten
              terhadap  norma-norma  Pemilu,  terutama  bagi  penyelenggara  Pemilu
              untuk  melaksanakan  seluruh  tahapan  Pemilu  sesuai  dengan  norma-
              norma  Pemilu  demokratis  yaitu  transparan,  kesetaraan/persamaan,
              keadilan,  akuntabel  dan  kepastian  hukum.  Dengan  demikian  fairness,
              lebih  merupakan  ekspresi  konsistensi  penyelenggara  Pemilu  untuk
              mengedepankan Pemilu yang adil dan memberi ruang bagi stake holder
              Pemilu yaitu peserta Pemilu serta pemilih untuk mendapat tempat dan
              perlakuan  yang  sama.  Lingkup  fairness  meliputi  dua  aspek  yaitu
              implementasi  norma-norma  Pemilu  (Undang-Undang,  Peraturan-
              Peraturan yang dibuat penyelenggara (KPU dan Bawaslu) secara adil bagi


        1
          Pasal 5 Peraturan Bersama KPU, BAWASLU dan DKPP  No 13 Tahun 2012.
     26     BAB 2 – NILAI DAN ASAS PEMILU
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47