Page 142 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 142
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
di bidang-bidang tersebut berfungsi untuk memperkuat
keyakinannya terhadap sebab dan akibat. Bukti lapangan (bisa)
sangat menyesatkannya. Noguchi pun menyiapkan vaksin
untuk melawan L.icteroides dan menyuntikkannya kepada
427 orang di Peru. Kelompok ini hanya mengalami lima
kasus demam kuning, sedangkan populasi umum yang tidak
divaksinasi (jumlah totalnya, sungguh aneh, tidak dirinci)
mengalami 386 kasus (217 di antaranya fatal) pada periode yang
sama. Noguchi tidak mempertimbangkan penyebut estimasi
risiko dan meyakinkan dirinya sendiri (serta banyak orang lain)
bahwa telah ada perlindungan yang diberikan oleh vaksin. Akan
tetapi jika jumlah populasi pembanding 33.000, misalnya, tidak
akan ada efek perlindungan. Lebih jauh lagi, jika wabah tidak
mencapai kelompok yang divaksinasi, misalnya karena terpisah
secara geografis, bukti perlindungan juga akan gugur. Noguchi
nampaknya tidak menyadari bahaya-bahaya analitis ini (Ibid,
96).
Menanggapi kejadian ini serta karena pengaruh besar
Noguchi dan Simon Flexner (direktur pendiri Rockefeller),
Rockefeller Foundation menyiapkan 20.000 dosis vaksin
L.icteroides dan memberikannya dalam uji coba tidak terkontrol
di Ekuador, Brasil, Meksiko dan Peru. Mereka melakukan
vaksinasi dan, bodohnya, berbarengan dengan langkah-langkah
antinyamuk. Jumlah kasus demam kuning di daerah percobaan
turun drastis. Vaksin Noguchi dianggap telah memainkan
peran yang menentukan. Dampak dari tindakan antinyamuk
–pada saat itu bahkan telah diketahui sebagai alat yang efektif
113