Page 173 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 173
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Jenderal Hitoshi Imamura, dengan jabatannya yang disebut
Gunshirekan atau Saiko Shikikan. Sedangkan pemerintahan
sehari-hari dilaksanakan oleh Gunsheikan yang dijabat oleh
Mayor Jenderal Seosaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan
militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu
ini terdapat empat bu (semacam departemen) yaitu Somobu
(Departemen Dalam Negeri), Zaimubu (Departemen Keuangan),
Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, Pertanian, dan
Kerajinan Tangan), serta Shibu (Departemen Kehakiman)
(Pusponegoro, Notosusanto [Eds], 1993:7).
Dalam struktur pemerintahan militer Jepang ini, semua
jabatan tinggi dari departemen hingga keresidenan, semuanya
dipegang oleh orang Jepang, dan orang-orang Indonesia
terkemuka diangkat sebagai pembantu-pembantu pejabat tinggi
itu. Demikian pula dengan pejabat di tingkat keresidenan
(Shu). Hanya mulai tingkat kotapraja dan kabupaten ke bawah
Jepang mengangkat pimpinannya dari orang Indonesia. Sebagai
walikota pertama Jakarta (nama baru Batavia yang digunakan
oleh Jepang) diangkat Baginda Dahlan Abdullah, orang Minang
yang sebelumnya sudah menjadi wakil walikota di akhir masa
kolonial Belanda. Tetapi ketika kemudian pemerintah militer
Jepang meningkatkan status Kota Jakarta menjadi setingkat
keresidenen (Shu), Dahlan Abdullah diturunkan pangkatnya
menjadi wakil walikota dan walikotanya sendiri dijabat oleh
orang Jepang. Sedangkan yang menjadi Kepala Dinas Kesehatan
Jakarta pada masa ini ditunjuk Dr. Marzoeki, dokter lulusan
STOVIA yang kelak namanya banyak disebut terkait drama
144