Page 174 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 174
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
kematian ratusan romusha di Klender dan kelanjutannya atau
disebut juga “Peristiwa Mochtar”.
Selain mengambil alih badan-badan pemerintahan dan
instansi vital, Jepang juga mengambil alih aset-aset (bekas)
Belanda. Misalnya rumah-rumah bekas pejabat Hindia
Belanda, dan juga rumah orang-orang Belanda kaya seperti
di sekitar Oranje Boulevard atau Jalan Diponegoro sekarang.
Tidak hanya itu, Jepang juga meminta rumah milik Mochtar di
Jalan Raden Saleh No. 48. Tapi Jepang menggantinya dengan
rumah yang lebih besar di Jalan Cikini Raya. Akhirnya selama
masa pendudukan, keluarga Mochtar harus merelakan rumah
yang dia beri nama “Hastarimba” (singkatan dari nama-nama
Hasnah-Mochtar- Imramsjah-Baharsjah) ditempati oleh pejabat
Jepang.
Puncak Karier Prof. Dr. Achmad Mochtar
Sebagaimana sudah kita singgung sebelumnya, sejak
tahun 1937 Dr. Achmad Mochtar dipindahkan dari Semarang
ke Eijkman Instituut (Lembaga Eijkman) di Jakarta sebagai
pimpinan bagian bakteriologi. Di lembaga penelitian kedokteran
dan penyakit-penyakit tropis terkemuka di dunia ini, Mochtar
menempati posisi istimewa sebagai satu-satunya pribumi yang
menjadi peneliti utama. Lainnya orang Belanda semua.
Dalam Laporan Tahunan Karyawan “Eijkman Instituut
Laboratorium” tahun 1937-1939, terdapat 14 nama peneliti
utama di lembaga itu, mulai dari Direktur hingga para peneliti
145