Page 179 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 179
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
10
Otomatis Dr. Asikin diberhentikan. Akan halnya dokter Halim
sendiri, yang sebelumnya wakil Asikin, oleh direktur yang baru
ditawarkan pindah menjadi Kepala Rumah Sakit Madiun di
Jawa Timur. Tawaran itu ditolak oleh Dokter Halim dengan
mengatakan “kalau benar Tuan-tuan datang ke sini betul-betul
akan membantu kami ke arah kemerdekaan, maka apa perlunya
Jepang di sini, dalam rumah sakit ini, yang kami sendiri telah
buktikan dapat memimpinnya”. Dokter Jepang yang sudah tua
itu tetap tak terima alasan Halim dan memberinya waktu 24
jam untuk menerima (tawaran jadi kepala RS Madiun). Halim
tetap menolak.
Sikap Dokter Halim yang “keras kepala” ini akhirnya
sampai ke Prof. Itagaki, dokter Jepang yang pangkatnya lebih
tinggi yang menjabat Dekan Ika Daigaku. Menurut Halim, Prof.
Itagaki termasuk orang Jepang yang mempunyai pandangan luas
dan terbuka (enlightened) dan progresif terhadap Indonesia.
Lain dengan orang Jepang belakangan ini (yang baru datang
ke RSUP), hanya ingin menjajah saja. Halim lalu dipanggil
oleh Prof. Itagaki atas sikapnya yang mungkin dianggap sangat
lancang dengan menolak tawaran memimpin rumah sakit di
Malang yang sebenarnya lebih berupa perintah.
Alih-alih tunduk begitu saja dengan perintah Jepang itu,
Halim tetap memprotes cara Jepang itu. Katanya, “dengan cara
begini I lost confidence in you, kepercayaan saya hilang sama
sekali (terhadap Jepang).” Menanggapi sikap protes Halim
10 Ibid, hlm 2.
150