Page 193 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 193
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
14
Prof. Aiko Kurasawa , untuk buku karya Dr. J. Kevin Baird dan
Prof. Dr. Sangkot Marzuki: Eksperimen Keji Penjajahan Jepang,
Tragedi Lembaga Eijkman & Vaksin Maut Romusha 1944-1945,
yang baru diterbitkan bulan September 2020. Narasi singkat,
padat, dan bernas yang ditulis Porf. Aiko Kurasawa sangat
membantu kita memahami “Tragedi Klender” hingga “Peristiwa
Mochtar” yang sebenarnya. Berikut kami kutipkan secara utuh
narasi yang ditulis oleh Ibu Aiko Kurasawa dalam buku Baird
& Marzuki (2020:xv-xviii) berikut ini:
Pada masa Perang Dunia II, vaksin antitenanus –sekarang
rutin diimunisasikan untuk balita di seluruh Indonesia–
masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Di masa
perang, banyak prajurit terluka dalam pertempuran di medan
yang kotor. Mereka dapat terinfeksi tetanus yang bakterinya
banyak tersembunyi di dalam tanah. Saat itu sebenarnya vaksin
antitetanus sudah berhasil dibuat di Perancis, tetapi Jepang
belum menguasai teknik untuk memproduksinya sendiri.
Sebab itulah dunia kedokteran Jepang belum dapat mencegah
penyakit ini. Jika seseorang diketahui terkena infeksi tetanus
dengan gejala, ia bisa ditangani dengan serum, tetapi sering kali
jiwanya tak tertolong, Lagi pula, serumnya masih langka dan
mahal, mengingat serum tersebut baru bisa diproduksi dengan
bantuan badan kuda. Itulah mengapa setiap unit medis dalam
14 Prof (Em.) Aiko Kurasawa adalah guru besar sejarah di Universitas Keio, Tokyo
(Jepang). Dalam dunia akademis, Ibu Aiko (demikian panggilan akrab beliau)
dikenal sebagai seorang sejarawan ahli Indonesia modern. Di Indonesia, nama
Aiko Kurasawa hampir selalu dikaitkan dengan kajian zaman pendudukan
Jepang.
164