Page 196 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 196
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
dihentikan. Anehnya, Markas Besar AD ke-16 yang mengetahui
hal itu justru memerintahkan agar imunisasi tetap dilanjutkan.
Alhasil, pada 7 dan 8 Agustus 1944, imunisasi dilakukan lagi
di kamp Klender. Korban pun kian bertambah. Sampal 15
Agustus 1944, 67 romusha dari Semarang terjangkit penyakit
yang sama. Di lain pihak, Kenpeitai memeriksa Dr. Kurusawa.
Tidak lama kemudian para dokter sipil dilarang menangani
pasien romusha bergejala tetanus. Pengobatan para pasien
lantas diserahkan ke Bagian Medis AD ke-16/Pasukan Osamu
(Osamu Shudan Gun’i-bu). Hal-hal tersebut menunjukkan
bahwa pada hari-hari pertama kejadian, tentara Jepang sendiri
tidak memahami masalahnya dan apa kaitannya dengan vaksin.
Artinya, meskipun bila hal ini disebabkan oleh percobaan vaksin
tetanus yang diproduksi Lembaga Pasteur, pihak berwenang
militer Jepang di Jawa sendiri belum tentu mengetahui rencana
itu.
Setelah Bagian Medis AD mengambil alih masalah ini,
mereka juga melakukan penyelidikan yang keras. Beberapa
bulan kemudian mereka muncul dengan sebuah cerita dan
berkesimpulan bahwa terjadi sabotase oleh ahli medis Lembaga
Eijkman yang dikepalai Dr. Achmad Mochtar. Dari arsip
rahasia militer Jepang yang kebetulan berhasil saya peroleh, bisa
diketahui bagaimana tentara Jepang menangani dan menilai
masalah ini, serta bagaimana mereka membuat cerita itu.
Terdapat dua dokumen yang sangat rahasia terkait
peristiwa ini. Pertama adalah empat laporan, masing-masing
tertanggal 8 September 1944, 27 Oktober 1944, 27 November
167