Page 194 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 194
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
ketentaraan Jepang yang tersebar di seluruh Asia giat berupaya
menciptakan vaksin antitetanus.
Pusat penelitian vaksin di Indonesia adalah Lembaga
Pasteur di Bandung yang ketika itu bernama Bandung Rikugun
Bo’eki Kenkyüjo. Lembaga itu dikuasai oleh ahli medis tentara
Jepang. Direktur pertama Bo’eki Kenkyüjo adalah Dr. Kikuo
Kurauchi yang dipindahkan dari Unit 731. Salah seorang
dokter di Lembaga Pasteur adalah Dr. Shigeru Matsui. Saya
kira orang ini memainkan peran penting di balik kematian
massal romusha yang terjadi di beberapa tempat penampungan
di Jakarta pada Agustus 1944. Shigeru Matsui, lulusan Tohoku
Imperial University, lama bekerja sebagai dokter di Departemen
Kesehatan di Markas Kantor Polisi di beberapa daerah di
Jepang. Ketika Perang Asia Timur Raya pecah, ia direkrut
oleh Angkatan Darat Jepang dan ditugaskan ke Singapura
pada September 1942 sebagai Kepala Seksi Medis Departemen
Kesehatan dari Gunseikanbu Angkatan Darat ke-25. Statusnya
sipil tetapi posisinya setingkat kolonel. Pada waktu markas
besar AD ke-25 pindah ke Bukittinggi, Sumatra Barat, ia pun
turut pindah ke sana.
Terdapat testimoni bahwa di kemudian hari ia sendiri
menceritakan pengalamannya di Sumatra yang menewaskan
kurang lebih 200 orang Indonesia. Tidak jelas maksudnya apa.
Pada 8 Mei 1944, tiga bulan sebelum terjadinya kematian
massal romusha di kamp Klender, Dr. Matsui dipindahkan
ke Jawa dan ditempatkan di Lembaga Pasteur sebagai Kepala
Departemen Penelitian. Wajar untuk percaya bahwa Lembaga
165