Page 244 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 244
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
Nani Kusumasudjana menghabiskan empat minggu di
penjara sebelum dibebaskan. Memoarnya mengungkapkan
perasaan bersalah karena selamat. Ketika itu ia merasa memiliki
peran langsung –meskipun tidak menyadari– bahwa dirinya
telah dipermainkan atas kematian para romusha di Klender.
Nani tidak mungkin mengetahui secara pasti bahwa Mochtar
tidak bersalah, meskipun nalurinya mengatakan demikian.
Ketika tengah menyusun bukunya War Crimes in Japan-
Occupied Indonesia bersama Kevin Baird pada periode 2010-
2014, Prof. Sangkot Marzuki dipertemukan dengan Nani
Kusumasudjana. Beliau adalah satu-satunya tahanan Kenpeitai
dalam peristiwa Mochtar yang masih hidup, yang ketika itu
berusia 87 tahun. Wawancara dengan Nani sempat dilakukan
beberapa kali dan ia kemudian memberikan kepada Sangkot
memoar pribadinya sebanyak 30 halaman yang ditulisnya
tahun 1987.
Nani mulai bekerja di Lembaga Eijkman setelah Jepang
datang di tahun 1942. Ia baru berusia 21 tahun ketika ditugaskan
di laboratorium bakteriologi Dr. Mochtar. Ia masih ingat bahwa
ayahnya, Dr. Kusumasudjana yang mengatur posisi tersebut.
Nani tetap bekerja di Lembaga tersebut hingga ditangkap
Kenpeitai pada pertengahan Oktober 1944.
Nani ingat pernah mendapat kesempatan langka melihat
Mochtar secara sekilas di penjara Kenpeitai, tempat dirinya juga
ditahan pada akhir 1944. Ketika Nani sedang dikawal melewati
sebuah pintu yang terbuka, Mochtar tampak duduk di papan
cuci yang digunakan untuk penyiksaan, kakinya ditekan di
215