Page 239 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 239
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
mengotori vaksin yang menyebabkan kematian banyak orang itu dan
dijatuhi hukuman mati.
Meskipun penjagaan sangat ketat, masih ada diterima kabar dari dunia
luar, bagaimana cara dan jalannya tidak saya ketahui. Kenyataannya
ialah bahwa sampai juga ke telinga kami, bahwa tentara Jepang
terus dipukul mundur, dan Angkatan Perang Amerika telah berada
dan bertempur di perairan Jepang sendiri. Semangat kami yang
telah mengendor mendapat dorongan untuk hidup kembali. Pada
akhir tahun 1944 menetes berita ke dalam kamar tahanan bahwa
pemeriksaan tentang sebab kematian romusha di Klender telah
selesai dan tidak lama lagi saya dan kawan-kawan akan dibebaskan.
Pada suatu sore semua tahanan diperbolehkan duduk-duduk di luar
sel. Juga Prof. Mochtar, tanpa muka ditutup. Pada waktu itulah
beliau sempat mengatakan kepada saya: “Sabarlah, kamu tidak
lama lagi akan bebas.” Itulah kata-katanya yang terakhir yang tidak
mudah saya lupakan. Waktu itu saya menyadari bahwa beliau tidak
mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri.
Tanda lain sebagai gejala bahwa penderitaan di sini akan segera
berakhir ialah bahwa saya pada suatu hari diundang makan ke
gedung induk, di mana telah tersedia lauk pauk yang telah berbulan-
bulan hanya ada dalam mimpi saja seperti ayam goreng, mie dan
sebagainya. Semuanya saya lalap sampai kenyang betul, suatu
kepuasan yang telah lama tidak dirasakan.
Saat yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Pada tanggal 19
Januari 1945 Prof. Djuhana dan saya diantarkan oleh salah seorang
anggota Kenpeitai dengan mobil pulang tanpa suatu keterangan
atau penjelasan sedikitpun. Syukur Alhamdulillah, setelah 105 hari
meringkuk dalam tahanan bebas kembali. Melihat keadaan fisik saya,
istri dan anak-anak mengucurkan air mata.
Memang kesehatan saya waktu itu sangat menyedihkan, kurus
kering, berat badan 40 kg, padahal sebelumnya sekitar 60 kg. Selain
dari itu, gejala lemah jantung, beri-beri, kudis di seluruh badan, kutu
di kepala dan tuma di pakaian. Batu dalam kelenjar ludah yang di
210