Page 259 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 259
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Soeleman Siregar yang meninggal 25 Mei 1945 dan Dr. Marzoeki
yang terus ditahan sampai 18 Agustus 1945 tetapi sudah tidak
lagi di penjara Kenpetai. Semua dibebaskan, karena Jepang telah
mendapatkan apa yang mereka inginkan dari Mochtar. Yaitu
mengakui bahwa dialah yang bersalah menyabotase vaksinasi
terhadap para romusha di Klender dengan mencemati vaksin
TCD itu dengan racun tetanus. Hal yang sama sekali tidak
pernah ia lakukan.
Mochtar rela membarter nyawanya demi kebebasan
semua sejawat dan anak buahnya. Fakta itu jelas, setidaknya dari
kesaksian Jatman dan Moh. Ali Hanafiah ketika keduanya masih
menjadi tahanan Kenpeitai. Simaklah cerita Jatman, beberapa
waktu sebelum ia dibebaskan. Ia memberi kesaksiannya sebagai
berikut:
Pada suatu hari ada pembesar Jepang yang akan meninjau
tempat tawanan. Maka semua tawanan dikeluarkan dari sel-
selnya dan diperbolehkan duduk-duduk di halaman berumput.
Pada kesempatan itu saya memberanikan diri bercakap-cakap
dengan Prof. Mochtar yang antara lain mengatakan kepadaku
dalam Bahasa Belanda: “Ze willen my hebben. Ik zal zorgen,
dat jullie allemaal eruiitgaan, maar ik.” (mereka menghendaki
saya sebagai yang bersalah, saya akan mengusahakan supaya
kalian semua keluar dari sini, tetapi saya… (disambung dengan
gerakan menggerakkan tangannya ke jurusan leher), seolah-olah
berkata potong leher. Lagi-lagi saya mengagumi kebesaran jiwa
230