Page 255 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 255

Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi



                             Sorenja, ketika ratusan gambar diedarkan yang

                     memperlihatkan gambarku dengan para romusha seolah-olah

                     aku memberikan persetudjuan kepada rentjana itu seluruhnja,

                     maka lima orang mahasiswa kedokteran memasuki kamar
                     kerdjaku. Aku mengetahui nama-nama mereka. Mereka adalah

                     pemuda-pemuda, bukan orang-orang diplomat, dan muka

                     mereka  jelas  memperlihatkan  ketidakpertjajaan.  Para  pemuda

                     itu menutup pintu kaju yang berat dan berwarna gelap,
                     mengucapkan sepatah kata berjalan terus sepanjang ruangan,

                     berdiri di depan medjaku jang letaknja djauh tersandar ada

                     dinding kiri dekat djendela.

                             “Nampaknja Bung Karno tidak dipertjajai lagi oleh rakjat,”

                     salah seorang membuka pembitjaraan. “Tjoba bagaimana Bung
                     Karno bisa menjawab persoalan romusha?”

                             Bung  Karno  mengaku  menjawab  pertanyaan  itu

                     dengan hambar. Ia menjelaskan kepada para mahasiswa yang

                     mendesaknya. Kata Bung Karno, ada dua jalan untuk bekerja.
                     Yang satu ialah tindakan revolusioner, yang akan menimbulkan

                     pertumpahan darah dan korban yang besar seperti yang

                     terbukti dalam pemberontakan PETA karena dilakukan terlalu

                     cepat di saat (bangsa) kita belum siap. Jalan yang keduanya,

                     katanya,  ialah  dengan  bekerja  sama  dengan  Jepang  sambil
                     mengkonsolidasikan kekuatan kita dan menantikan sampai

                     tiba saatnya ia jatuh. “Saja mengikuti djalan yang kedua,” tegas

                     Sukarno.

                             Lalu di antara mahasiswa  itu menjawab  Bung Karto

                     dengan  kalimat  yang  keras,  “Tapi  kenapa  Bung  sampai


                                                           226
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260