Page 252 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 252
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
Marzoeki mengedipkan matanya kepada Nani. Corrie tertawa
dan berkata, “Wah, jika dia mengedipkan mata, dia pasti
baik-baik saja”. Mungkin Corrie yang orang Belanda, ingat
13
ungkapan moyangnya di Eropa sana yang mengatakan: Keine
nachrichten bedeute gute kondition (Tidak ada kabar berarti
baik). Mungkin saja. Akan tetapi ia tidak tahu apa yang terjadi
sebenarnya, karena tidak pernah diizinkan mengunjungi dan
menemui suaminya di penjara.
Lalu kenapa tidak ada pembelalaan terhadap Mochtar dan
kawan-kawan? Hatta jelas tahu Mochtar sedang ditawan Jepang.
Hatta pun pasti mengenal Mochtar dengan baik. Selain sama-
sama berasal dari Minangkabau, Hatta dan Mochtar pernah
sama belajar di Negeri Belanda pada waktu yang bersamaan
(Hatta belajar di Rotterdam dari 1921 – 1932 dan Mochtar
di Amsterdam tahun 1923-1927). Hatta lama menjadi ketua
dan pengurus Perhimpunan Indonesia (PI) dan Mochtar pun
pernah aktif di perkumpulan pelajar dari Indonesia itu. Hatta
dipastikan juga kenal dengan Dr. Marzoeki, karena sama-sama
berasal dari Bukittinggi, dan di Jakarta sama-sama bekerja sama
dengan Jepang. Marzoeki adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota
Jakarta di bawah pemerintahan militer Jepang. Hatta adalah
Direktur Poetra yang pimpinan tertingginya adalah Sukarno.
Hatta dan “Empat Serangkai” juga tahu Mochtar ditahan
Jepang. Tetapi mereka nampaknya tidak tahu skenario yang
sedang dijalankan Jepang untuk menutupi kejahatan mereka
13 Ibid, hlm. 190-191.
223