Page 262 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 262
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
anak perempuannya yang mengantarkan makanan dan pakaian
tersebut. Karena Hasnah tidak memiliki anak perempuan (dan
anak lelaki sulungnya telah pula meninggal di Belanda setahun
lalu, sedangkan si bungsu Imramsjah juga sedang kuliah di
Belanda), ia kemudian mengutus tiga keponakan perempuannya:
Taty Hanafiah, Rika, dan Nursamsu. 21
Prof. Sangkot Marzuki beruntung, ketika mulai meneliti
untuk menyusun bukunya War Crimes in Japan-Occopied
Indonesia, pada 2010, ia berkesempatan menggali cerita
pengalaman Taty Hanafiah mengenai peristiwa lebih 65 tahun
sebelumnya. Taty yang waktu itu masih 15 tahun, menceritakan
pengalamannya berkunjung ke markas Kenpeitai untuk pertama
kalinya,
Saya ingat dengan jelas. Kami berjalan ke pintu depan
gedung yang menakutkan. Dua Kenpeitai duduk di belakang
meja seperti area penerimaan. Di hadapan mereka, terhampar
pas foto belasan perempuan yang menutupi seluruh bagian atas
meja. Mereka menunjuk ke salah satu foto lalu ke foto lainnya,
berbicara dalam bahasa Jepang dan tertawa terbahak-bahak. 22
Kemudian kedua Jepang itu menyadari keberadaan para
gadis yang baru datang, lalu mengambil paket yang ditujukan
untuk Mochtar dan Hanafiah. Selanjutnya, gadis-gadis itu
berkunjung untuk kedua kalinya, dan mengantarkan barang
21 Taty adalah anak dari Ali Hanafiah (adik Siti Hasnah), Rika atau Rebecca
adalah kemenakan Mochtar (anak dari adik perempuannya Siti Chairani), dan
Nursamsu atau Sam adalah keponakan Ali Hanafiah (anak dari kakaknya Siti
Rahmah).
22 Baird & marzuki, 2020, hlm. 177.
233