Page 267 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 267

Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi



                     Sam dan Rika, keponakan Mochtar dan Hanafiah), mungkin

                     disampaikan lengkap dan dibersihkan dari penyebutan adanya

                     penyiksaan. (Akhirnya) berkas secara resmi menyegel kasus

                     kematian romusha Klender. Dalam konteks hukum, langkah ini
                     membebaskan Jepang atas seluruh tindakan mereka di Klender.

                             Jarak  antara  “pengakuan”  Mochtar  –diperkirakan

                     bulan Desember 1944 menjelang semua tahanan sejawat dan

                     anak  Mochtar  dibebaskan–  dengan  pelaksanaan  eksekusi
                     3  Juli  1945  (sekitar  8  bulan)  menunjukkan  “kehati-hatian”

                     Jepang karena sangat memahami kedudukan Mochtar

                     dalam masyarakat Indonesia dan besarnya pertaruhan jika

                     Mochtar dieksekusi. Pengetahuan Jepang tentang sosok dan

                     kedudukan Mochtar dalam masyarakat, terutama masyarakat
                     ilmu pengetahuan, dapat dilihat dari diterbitkannya sebuah

                     buku penting oleh Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang)

                     yang berjudul Orang Indonesia Yang Terkemuka di Jawa yang

                     memuat profil dan riwayat hidup 3.009 orang yang dianggap
                     terkemuka di seluruh Pulau Jawa. Dalam buku tersebut, porsi

                     untuk  profil dan  riwayat  hidup  Prof. Dr.  Achmad  Mochtar

                     ternyata diberi tempat paling besar, yaitu hampir tiga halaman

                     (Gunseikanbu:331-333). Semua karya ilmiahnya yang berjumlah

                     54 judul dimuat di situ. Bandingkan, misalnya, porsi untuk
                     Sukarno, hanya hanya memakan tempat kurang dari setengah

                     halaman (Gunseikanbu:45), dan hampir satu halaman untuk

                     Mohammad Hatta (Gunseikanbu: 451). Ironisnya, buku yang

                     kelak  oleh  para  sejarawan  dianggap  sebagai  “warisan”  sangat

                     penting sebagai sumber sejarah dari Gunseikanbu, diterbitkan


                                                           238
   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272