Page 266 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 266

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                     Sekutu  yang  menang  perang–  mulai  mengadili  para  kenpei

                     (sebutan  anggota Kenpeitei)  di  Jawa melalui  Pengadilan

                     Sementara  di  Batavia  –demikian  Belanda  masih  menyebut

                     Jakarta. Berdasarkan penelitian dan arsip yang dikumpulan
                     Baird & Marzoeki (2020:213), sebagian besar kenpei Jawa yang

                     diadili di Jakarta menerima hukuman penjara yang panjang dan

                     lebih dari 30 orang dieksekusi. Komandan Kenpeitai Jakarta,

                     Cho Konusuke dieksekusi di Penjara Glodok pada 30 Desember
                     1947. Murase Mitsuo, Kepala Divisi Tokko dan dianggap sebagai

                     otak taktik kejam  kikosako  Kenpeitai di Jawa, dieksekusi di

                     Jakarta pada 30 November 1949. Akan tetapi, tidak satu pun

                     eksekusi ini yang berhubungan dengan Peristiwa Mochtar.

                             Menurut Baird & Sangkot (2020:214), catatan Pengadilan
                     Sementara menunjukkan para perwira Kenpeitai diputus

                     bersalah karena para tahanan yang terkait dengan Peritiwa

                     Mochtar. Tetapi, tidak disebutkan siapa yang dianggap

                     betanggung jawab atas kematian Dr. Arief, eksekusi Mochtar,
                     atau kematian ratusan romusha di Klender. Mungkin saja para

                     penegak hukum Sekutu telah memeriksa kasus ini dan untuk

                     gampangnya menerima saja pengakuan Mochtar apa adanya.

                             Tidak terbongkarnya kasus ini (melalui pengadilan

                     kejahatan perang), menurut kesimpulan Baird & Marzuki
                     (ibid) karena jaksa penuntut tidak melakukan pemeriksaan

                     formal atas tuduhan kepada Mochtar. Dalam pemeriksaan

                     pendahuluan, mereka melihat Mochtar mengaku mencemari

                     vaksin yang diberikan kepada romusha. Berkas pengakuan

                     itu (kemungkinan berkas yang sama diperlihatkan kepada


                                                           237
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271