Page 268 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 268
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
bulan November 1944, yaitu ketika Mochtar sendiri sudah
berada dalam penjara Keinpetai.
Selain itu, lamanya jarak antara waktu pengakuan Mochtar,
yang tak lain hasil skenario jahat, dengan eksekusi, juga karena
mempertimbangkan perkembangan situasi perang yang masih
terjadi –dengan harapan Jepang masih bisa jadi pemenang.
Ketika tanda-tanda kekalahan kemudian makin nyata, barulah
keputusan eksekusi Mochtar diambil. Tapi sebelum eksekusi
dilakukan, pemerintah militer Jepang harus memastikan semua
arsip dan dokumen yang terkait dengan Tragedi Klender dan
Peristiwa Mochtar –eksperimen kedokteran gagal yang sudah
membunuh ribuan romusha, penyiksaan-penyiksaan keji yang
menimbulkan kematian– sudah dimusnahkah terlebih dahulu.
Tujuannya tentu untuk menghilangkan barang bukti agar para
petinggi pemerintahan militer terhindar dari tuduhan dan
hukuman sebagai penjahat perang dalam skala besar.
Cara ini memang strategi khas pemerintah militer
Jepang di daerah pendudukan selama perang. Seperti dikatakan
oleh sejarawann termuka dan guru besar sejarah dari Tokyo
University, Prof. Akira Nagazumi, bahwa:
“Sejak awal masa penjajahan, penguasa Jepang tidak
hanya menyimpan dokumen-dokumen penting secara sangat
rahasia, tetapi segera setelah menyerah kalah, semua dokumen
itu dihancurkan.”
28
28 Lihat Akira Nagazumi, kata pengantar dalam Gunseikanbu, Orang Indonesia
Terkemuka di Jawa, edisi cetak ulang, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1986, hlm. viii.
239