Page 265 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 265
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Tetapi tidak dijelaskan di mana dan kapan meninggalnya,
serta di mana makamnya. Hanya saja Rika dan Sam kemudian
dibawa ke ruang lain. diserahkan kepada keduanya arloji saku
26
milik Mochtar, dan pakaiannya yang berlumuran darah sudah
mengering.
Jelaslah sekarang, pernyataan bahwa Mochtar meninggal
karena sakit hanya kamuflase atau pernyembunyian fakta belaka.
Masalahnya, kapan dan di mana Mochtar dieksekusi oleh Jepang.
Baru kemudian diketahui, bahwa Achmad Mochtar telah dieksekusi
dengan hukuman pancung di dekat pantai Ancol pada 3 Juli 1945,
satu setengah bulan menjelang Sukarno – Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
27
Tapi siapa yang bertanggung jawab atas eksekusi Mochtar
ini? Seharusnya berakhirnya perang dengan kekalahan Jepang
dari Sekutu, semua kejahatan yang dilakukan selama masa
pendudukan bisa dibongkar melalui pengadilan kejahatan
perang. Dalam kenyataannya tidak demikian. Memang, dimulai
Agustus 1946, pihak berwenang militer Belanda –bagian dari
26 Arloji saku kesayangan Mochtar itu sampai kini masih ada, sekarang disimpan
oleh cukunya Jolanda van der Bom yang tinggal di Belanda.
27 Mengenai cara eksekusi yang dilakukan terhadap Mochtar, pihak keluarga ada
yang mempunyai versi lain bahwa Mochtar dieksekusi secara kejam dengan
menggilas tubuhnya dengan stomwal (mesin penggiling jalan). Bukti pakain
Mochtar yang berlumuran darah, menurut Prof. Siti Chairani, yang diterima
ibunya dari kantor Jepang, membuktikan bahwa Mochtar telah diberlakukan
secara amat keji sebelum menemui ajalnya. Wawancara Siti Chairani, Bonjol, 1
Desember 2020. Prof. Sangkot Marzuki juga pernah mendengar cerita penggilasan
tubuh Mochtar itu, tetapi sejauh penelitiannya untuk mengungkap kejahatan
perang Jepang ini, tidak ditemukan bukti-buktinya. Yang jelas, memang Mochtar
dibunuh secara keji.
236