Page 314 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 314
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
menjadi guru besar dan wakil dekan Ika Daigaku, sekolah tinggi
kedokteran zaman Jepang. Di mata Februman, Mochtar adalah
sosok pendidik yang baik dan ideal. “Ia mengemas pelajaran
dengan contoh-contoh fakta dan sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan. Beliau sosok kreatif dalam lingkungan sekolah
kedokteran, (dan) dokter yang memiliki integritas (dalam)
mengembangkan profesi.” 9
Berpendidikan Barat, hidup dalam lingkungan keluarga
terpelajar, selalu berpakaian ala Eropa –kemeja putih dengan jas
dan dasi– dalam kegiatan formal, tetapi dalam kesehariannya,
lebih-lebih ketika pulang kampung, ia tetap sebagai Mochtar
anak Minang dari Bonjol. Nursian, salah seorang sepupunya di
Ganggo Hilia, mengenang bagaimana ketika Mochtar pulang
kampung. Ia akan mencari dan menemui teman-teman sama
mengaji dan masa sekolah di waktu masih kecil. Mereka tetap
bergaul seperti teman, sekalipun Mochtar sudah punya jabatan
yang sangat tinggi. “Teman-teman kecilnya memanggil beliau
dengan sebutan “Dotor” (dari Dokter atau Doktor),” kenang
Nursian. 10
Jadi, walaupun berpendidikan Barat, hidup dalam
pergaulan profesi kaum ilmuwan dan terpelajar yang kebanyakan
juga orang Eropa, tetapi dalam kehidupannya Mochtar tidak
pernah meninggalkan tradisi dan budaya Minangkabau yang
telah membesarkannya.
9 Ibid, hlm 93.
10 Ibid, hlm. 94.
285