Page 316 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 316

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                     Clubhuis Indonesia di Leiden (Algemeen Handelsblad, 27-03-

                     1941)

                             Sementara itu adiknya, Imramsjah sebagai mahasiswa

                     kedokteran juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia. Seperti
                     disebutkan oleh Poeze (2014:322), Imramsjah Ade Mochtar

                     duduk dalam dewan redaksi surat kabar  De  Bevrijding

                     (Pembebasan) yang terbit Juni 1944 di Leiden. Surat kabar ini

                     dipimpin oleh Nazir Dt. Pamoentjak yang masih merupakan
                     kerabat dari ayahnya.

                             Lebih lanjut Poeze (2014: 352) menulis bahwa dalam

                     majalah Indonesia “Edisi Jepang” yang tidak memiliki tanggal

                     (diduga antara Juli-Agustus 1945) menerbitkan artikel berjudul

                     “’Wang  Ching  Wei-isme’  di  Indonesia”  yang  ditulis  oleh
                     Imramsjah. Artikel ini mengulas dan mengkritik soal kerjasama

                     yang telah dijalin oleh kaum nasionalis terkemuka di Indonesia

                     dengan tentara pendudukan Jepang. Istilah “Wang Ching Wei-

                     isme” ini mengacu kepada politikus Tiongkok bernama Wang
                     Ching Wei yang telah melakukan kerjasama dengan Jepang

                     di negerinya, yang kemudian diangkat menjadi kepala negara

                     Nanking  yang merupakan  negara  boneka Jepang.  Imramsjah

                     berpendapat  bahwa  banyak  pemimpin  nasionalis  Indonesia

                     telah bekerja sebagai alat orang Jepang di Indonesia, tidak ada
                     bedanya dengan Wang Ching Wei di Tiongkok.

                             Boleh jadi Imramsjah banyak terinspirasi oleh sikap

                     politik Nazir Dt. Pamoentjak karena ia dan kakaknya sejak

                     awal tinggal di rumah pamannya tersebut (Rijnsburgerweg

                     147). Tulisannya yang bernada keras itu jelas dibuat sebelum


                                                           287
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321