Page 68 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 68

Puluhan tahun dia bertapa di Beng-san menciptakan ilmu-ilmu silat tinggi yang

               dirahasiakan  dan  belum  pernah  diajarkan  kepada  siapapun  juga.  Bagaimana

               sekarang telah dicuri oleh orang ini tanpa dia mengetahuinya? Dia melawan mati-

               matian, mengeluarkan jurus-jurus paling ampuh dari kedua senjatanya, namun

               karena kalah tenaga, setiap kali tertangkis dia terhuyung. Seperti juga yang lain

               dia tidak mampu bertahan lebih dari dua puluh jurus. Terdengar suara keras dan

               kedua senjatanya itu, suling dan pensil patah-patah bertemu dengan senjata lawan

               yang sederhana itu. Dia meloncat ke belakang, menjura dan berkata, “Kepandaian

               Taihiap (Pendekar Besar) memang amat hebat, aku yang bodoh mengaku kalah.”

               Orang  itu  tersenyum  dan  memuji  “Tidak  percuma  julukan  Gin-siauw  Siucai

               karena memang hebat kepandaianmu.”  Ucapan itu dengan jelas menunjukkan

               kekaguman, bukan ejekan, maka Gin-siauw Siucai menjadi makin kagum dan

               terheran-heran.


               “Sekarang tiba giliran pinto untuk kau kalahkan, sahabat yang gagah. Akan tetapi

               karena sepasang senjata pinto adalah hudtim dan kipas, yang tentu saja tidak

               dapat kautiru, bagaimana wanita kita bertanding dengan tangan kosong? Hendak

               kulihat apakah kau mampu mengalahkan pinto


               dengan ilmu silat tangan kosong pinto sendiri?”

               Orang itu masih tersenyum, akan tetapi diam-diam ia terkejut. Tak disangkanya

               tosu ini amat cerdik. Dia belum pernah melihat tosu ni mainkan ilmu silat tangan

               kosong, bagaimana dia akan dapat menirunya? Akan tetapi dengan tenang dia

               menjawab,  “Tentu  saja  saya  akan  melayani  kehendak  Totiang,  akan  tetapi

               sebelum bertanding, saya harap Totiang tidak keberatan untuk memperkenalkan

               nama.”


               “Siancai…! Anda licik, sobat. Semua orang hendak dikenal wanita, akan tetapi

               engkau sendiri menyembunyikan nama. Baiklah, pinto adalah Lam-hai Seng-jin

               yang berkepandaian rendah…” “Aihh, kiranya Tocu (Majikan Pulau) dari pulau

               kura-kura? Telah lama mendengar nama Totiang, girang hati saya dapat bertemu



                                                           67
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73