Page 89 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 89

Bwee menjawab, Perempuan itu masih terlalu muda untuk menjadi ibu anak laki-

               laki itu, Sungguhpun bukan tidak mungkin dia adalah selir Ayahmu karena dia

               memang cantik." Jawaban ini keluar dari lubuk hati Liu Bwee sehingga keluar

               melalui mulutnya seperti tidak disadarinya. Barulah dia kaget ketika kalimat itu

               telah terucapkan. Cepat dia menoleh ke arah puterinya dan merasa menyesal telah

               mengeluarkan kata-kata yang penuh cemburu tadi. Segera digandengnya tangan

               anaknya dan untuk mengapus kata-katanya dari hati anaknya dia berkata riang,

               "Ehh,  kenapa  kita  disini  saja?  Hayo  kita  sambut  Ayahmu!"  Berlari-larianlah

               mereka menuruni tebing untuk menyambut kedatangan Pangeran Han Ti Ong di

               pantai pasir. Sikap wanita yang penuh kegembiraan ini menyembunyikan semua

               perasaanya sehingga Swat Hong sudah lupa lagi akan kedukaan ibunya tadi.


               Sebenarnya,  memang  amat  giranglah  hati  Liu  Bwee  melihat  kembalinya

               suaminya sungguhpun kegembiraanya itu akan lebih besar andai kata suaminya

               pulang sendirian saja. Semenjak suaminya pergi beberapa bulan yang lalu dia

               mengalami penderitaan batin yang hebat. Memang dia maklum bahwa dirinya

               tidak disukai oleh keluarga kerajaan, karena dianggap seorang wanita berdarah

               rendah. Kebencian keluarga itu menjadi-jadi ketika mendapat kenyataan betapa

               Han Ti Ong tidak mau mengambil selir.Hal ini.dianggap oleh mereka Bahwa Liu

               Bwee menggunakan daya upaya untuk mengikat suaminya!. Apalagi karena Liu

               Bwee tidak mempunya anak laki-laki, maka kebencian mereka makin bertambah.

               Sudah tentu saja, yang merasa paling benci adalah mereka yang mengharap agar

               Han Tiong pangeran calon raja itu memperistrikan puteri mereka!


               Pada waktu itu, raja yang sudah tua menderita sakit dan sudah menjadi dugaan

               umum  bahwa  usianya  takan  bertahan  lama  lagi.  Agaknya  raja  itu  hanya

               menantikan kembalinya puteranya yang menjadi putera mahkota, yaitu pangeran

               Han  Ti  Ong  untuk  mewariskan  singasana  kepada  puteranya  ini.  Akan  tetapi,

               karena  keadaan  Han  Ti  Ong  yang  lain  daripada  para  pangeran  lain,  suka

               merantau, isterinya orang rendah dan hanya satu, tidak punya selir, tidak punya




                                                           88
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94