Page 92 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 92
Anak ini menggeleng kepala. "Suhu mengerti bahwa teecu tidak takut terhadap
apa pun dan siapa pun." Swat Hong membusungkan dadanya yang masih gepeng
itu, menegakan kepalanya dan menantang, "Bocah sombong ,kalau kau tidak
takut, hayo kaulawan aku!" Dia sudah siap memasang kudakuda. Sin Liong
menggeleng kepalanya. "Adik yang baik, aku tidak akan menggunakan
kepandaian apapun juga untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain, apalagi
terhadap seorang anak-anak seperti engkau." Gadis cilik itu sudah menerjang
maju, dipandang oleh Sin Liong dengan sikap tenang saja, berkedip pun tidak
menghadapi serangan anak perempuan itu. Tiba-tiba tubuh Swat Hong terhuyung
ke belakang dan ternyata lengannya sudah ditangkap oleh ibunya dan ditarik ke
belakang. "Swat Hong, kau terlalu sekali! Seharusnya kau minta maaf kepada
Suhengmu itu!" Swat Hong menoleh, melihat ayahnya tersenyum, melihat
pandang mata semua orang dari prajurit sampai perwira penuh kagum terhadap
Sin Liong. Barulah dia ingat bahwa dia telah melanggar pelajaran pertama dari
ayahnya, bahkan dari semua penghuni pulau bahwa ilmu silat pulau Es tidak
boleh sembarangan dikeluarkan untuk menyerang orang tanpa alasan! Dan dia
telah menyerang Sin Liong tanpa sebab apaapa, padahal Sin Lion adalah murid
ayahnya atau suhengnya (kakak seperguruan). Biarpun dia berwatak keras dan
tidak mengenal takut, akan tetapi sifatnya yang gembira dan mudah berubah
membuat Swat Hong dapat mengusir semua rasa penasaran dan sambil tersenyum
dan muka ramah dia menjura ke arah Sin Liong sambil berkata, "Suheng, harap
maafkan aku yang kurang ajar tehadap murid Ayah." Sin Liong terkejut. Kiranya
bocah ini puteri suhunya! Dia pun menjura dan berkata, Tidak ada yang perlu
dimaafkan, Sumoi.
Kepandaianmu memang hebat, tentu saja aku bukan tandinganmu." "Hi-hik, wah,
dia baik sekali, Ayah!" Swat Hong lalu meloncat menghampiri Sin Liong,
menggandeng tangannya dan diajak lari ke pinggir di mana dia menghujani Sin
Liong dengan pertanyaan-pertanyaan. "Siapakah nama lengkapmu, Suheng? Dari
mana kau datang? Bagaimana kau dapat menjadi murid Ayah?
91