Page 149 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 149

130   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            dan Tristam Moeliono  mengatakan bahwa di dalam UUPA
                                8
            sendiri terdapat ambigu tersebut. Kedua scholars tersebut
            membandingkan Pasal 2 ayat (4) UUPA yang menempatkan
            hak ulayat  sebagai  hak  yang  berkarakter publik  dengan
            Pasal 3 dan Pasal 20 UUPA yang berkarakter perdata.
                Pasal 2 ayat (4) UUPA berbunyi:

                “Hak  menguasai dari  Negara  tersebut di  atas
                pelaksanaannya dapat dikuasakan  kepada daerah-
                daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum
                adat,  sekedar diperlukan dan  tidak  bertentangan
                dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-
                ketentuan Peraturan Pemerintah.”

                Pasal 3 UUPA berbunyi:

                “Dengan mengingat ketentuan-ketentuan  dalam
                pasal  1 dan  2 pelaksanaan  hak ulayat dan  hak-hak
                yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum
                adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada,
                harus sedemikian  rupa sehingga sesuai  dengan
                kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan
                atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan
                dengan undang-undang  dan peraturan-peraturan
                lain yang lebih tinggi”.

                Selanjutnya Pasal 20 UUPA berbunyi:



            8   Myrna A. Saftri dan Tristam Moeliono, “Bernegara hukum
                dan berbagi kuasa dalam urusan agraria di Indonesia: Sebuah
                Pengantar”  dalam  Myrna  A. Saftri  dan  Tristam  Moeliono
                (Penyunting),  2010,  Hukum  Agraria  dan  Masyarakat di
                Indonesia,  Penerbit  HuMa,  van Vollenhoven  Insttute dan
                KITLV-Jakarta, hlm. 6.
   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154