Page 169 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 169

150   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            tidak  melakukan pengaturan pada eksistensi  hak ulayat,
            mengakibatkan  semakin  termajinalnya hak-hak itu.
            Sebagaimana  dikatakan  oleh  Franz and  K.von  Benda-
            Beckman ,  agar  sumber daya agraria dapat  menjadi
                    40
            komoditas yang  marketable, maka  status hukumnya
            harus diubah dari domain traditional living law ke domain
            hukum negara.

                Ditinjau dari konsepsi tanah adat yang mengandung
            unsur komunalistik  dan individualistik, maka  penciutan
            tanah adat tersebut dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi. Pertama,
            perubahan  dari  tanah  adat  komunal  (ulayat)  menjadi
            tanah adat individual; dan kedua, perubahan tanah adat
            (baik komunal maupun individual) menjadi  tanah non
            adat (tanah negara  ataupun  tanah hak).  Pembahasan

            ini difokuskan pada penciutan tanah adat (komunal dan
            individual) dikarenakan perubahan entitas dari tanah adat
            menjadi tanah non adat.
                Penciutan tanah adat terjadi karena beberapa sebab,
            namun secara umum ada 2 (dua) hal yang mendominasi,
            yaitu: (a)  melalui mekanisme  pelepasan hak  sehingga

            tanah  adat (ulayat)  tersebut  statusnya berubah menjadi
            tanah Negara; dan (b) melalui proses pendaftaran tanah
            adat, baik  yang komunal maupun individual  sehingga


            40  Franz and Keebet von Benda-Beckmann, 2003, “The Law of
                Things: Legalization and De-Legalization in the Relationship
                between  the  First and  the  Third  World”  dalam  E.K.M.
                Masinambow (Editor),  2003,  Hukum dan  Kemajemukan
                Budaya, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm.27.
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174