Page 164 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 164

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  145


                  hutan berdasarkan  Besluit  van  den  Directuur  van
                  Economische  Zaken  tgl.  5 Maret 1940 No.3033/BW/
                  DEZ (penunjukan kawasan hutan  seluas 913 ha.).
                  Bagi masyarakat setempat, tanah di kawasan tersebut
                  merupakan  “tanah adat”  karena  telah dikuasai  dan
                  digarap secara terus menerus sejak tahun 1919.


                  Keempat  kasus  di  atas  menunjukkan  bahwa  konflik
              mengenai eksistensi tanah ulayat terjadi baik dengan pihak

              atau pada  areal  perkebunan, pertambangan,  kehutanan,
              dan  instansi  pemerintah.  Konflik  ini  juga  menunjukkan
              belum   adanya   kesepahaman    mengenai    persoalan
              pluralisme  hukum  –  hukum  adat  dan  hukum  negara  –
              khususnya tentang tanah ulayat.

                  Konflik tersebut juga terjadi karena adanya perbedaan
              pemahaman mengenai status tanah apakah sebagai tanah
              negara  atau  tanah  ulayat (adat). Rikardo Simarmata
                                                                  34
              dalam  penelitiannya tentang tanah  garapan  menyatakan
              bahwa terminologi  tanah  garapan  lahir  karena tidak
              mulusnya proses konversi tanah adat sehingga tanah adat
              kemudian ‘dianggap’ sebagai garapan di atas tanah Negara.
              Selain itu, penguasaan tanah adat di dalam kawasan hutan
              ataupun wilayah  pertambangan/wilayah  kerja akhirnya





              34  Rikardo Simarmata,  “Gejala Informalitas  pada  Tanah
                  Garapan” dalam ejournal.undip.ac.id/index.php/lawreform/
                  article/download/697/564  diunduh  pada  tgl. 12  Juni  2016
                  jam 23.55.
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169