Page 161 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 161

142   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


                perkecualiaan  kepada Pemerintah  Belanda. Dalam
                perjanjian tersebut, Pemerintah Belanda menyerahkan
                uang sejumlah  f.100.000  (honderd  duizend  guldend)
                kepada kedua Masyarakat Adat tersebut.
                    Tanggal  1 Mei 1962  dilakukan  penyerahan
                kekuasaan    administrasi   pemerintahan     dari
                Pemerintah Belanda kepada UNTEA,  dan kemudian
                tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan kekuasaan
                administrasi  pemerintahan kepada Pemerintah

                Indonesia. Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri
                Dalam Negeri No.8 Tahun 1971 UUPA dan peraturan
                pelaksanaannya mulai berlaku di Propinsi Irian Barat
                terhitung sejak tanggal 26 September 1971.
                    Awal  tahun 1980, Masyarakat  Adat  Kajoe Batoe
                mengajukan  gugatan  perdata  terhadap Bupati KDH
                Tk.II  Jayapura, Kepala Direktorat  Agraria Propinsi

                Irian Jaya, Kasubdit Agraria Tk.II Jayapura dan Kepala
                Kantor  Perusahaan  Telkom  Wilayah  Irian  Jaya;  dan
                kemudian pada  tahun  1992  Masyarakat Adat  Kajoe
                Poeloe mengajukan gugatan perdata terhadap Bupati
                KDH  Tk.II  Jayapura,  Kepala Kantor  Wilayah BPN
                Propinsi Irian Jaya dan P.T. Jayapura Pasifik Permai.
                    Gugatan  dilakukan karena kedua Masyarakat
                Adat mendasarkan gugatannya pada konsepsi bahwa
                karena tanah  ulayat tersebut tidak  diusahakan  atau

                digunakan lagi  oleh Pemerintah Belanda,  maka
                tanah ulayat  ‘kembali’  kepada pemegang  hak ulayat
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166