Page 158 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 158

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  139


              Pengaruh  memperkuat  terdapat di  daerah-daerah  yang
              jauh  dari  tempat kediaman  raja-raja.  Di  daerah  ini  raja
              membutuhkan persekutuan,  sebagai  institusi  untuk
              memberi pajak ataupun tenaga kerja.
                  Di daerah Swapraja Surakarta dan Yogyakarta, tanah
              ulayat dikuasai oleh desa, dimana desa terbentuk setelah
              Reorganisasi  Kompleks  Tahun  1925-1926. Menurut

              Soedjono,  salah satu tujuan dari Reorganisasi Kompleks
                       27
              adalah pembentukan kelurahan-kelurahan yang dilakukan
              secara  bertahap. Terhadap  tanah sawah,  tegalan  dan
              pekarangan  yang ada di dalam  wewengkon-nya, desa
              menerimanya  dengan  hak pakai  untuk  selama-lamanya
              –  kaparingake gumaduh ing salawas-lawase”.  “Dengan
              ketentuan bahwa  seperlima bagian  dari  luas  tanah

              pertanian dipergunakan  untuk  lungguh lurah beserta
              punggawa desa serta bagi para bekel yang diberhentikan.
              Sisanya, yang empat per lima bagian dari tanah pertanian,
              dibagi-bagikan kepada semua orang laki-laki dewasa – kuat
              ing gawe, serta bertempat tinggal di desa itu – mblabagi.
                                                                 28






                  kawulanya atas kepercayaan dan kesetiaannya, lihat Satjipto
                  Raharjo,  Ilmu Hukum, Penerbit P.T.Citra  Aditya Bakti,
                  Bandung, hlm.216-217.
              27  Dalam Soegijanto Padmo, 2000,  Landreform  dan  Gerakan
                  Protes Petani Klaten, Penerbit Media Pressindo, Yogykarta,
                  hlm.30-36.
              28  ibid, hlm. 31
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163