Page 162 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 162

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  143


                  tersebut.  Di pihak  lain,  otoritas pemerintahan
                  setempat  beranggapan  bahwa dengan dilakukannya
                  ‘penyerahan’ hak ulayat tersebut maka tanah tersebut
                  menjadi tanah Negara, dan dengan telah dilakukannya
                  penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia
                  maka  status tanah  Negara tersebut  menjadi
                  kewenangan Pemerintah Indonesia.
              c.  Kasus  pasca  tambang  dari  P.T. Bukit  Asam  di Kota
                  Sawahlunto. Ketika Kuasa Pertambangan berakhir, P.T.

                  Bukit Asam melakukan perjanjian dengan Pemerintah
                  Kota Sawahlunto  yang  tertuang  dalam Perjanjian
                  Kerjasama No. No.06/09.04/2400000002/XI-2004
                  dan  No.180/11/Huk-Org/2004 tgl.5  Nov.2004 tentang
                  Penyerahan wilayah bekas tambang seluas 293,45 ha
                  yg  terletak di  daerah  Kandi dan  Tanah  Hitam  serta
                  penyerahan dana reklamasi sebesar Rp.1.283.000.000,-

                  Areal  bekas  tambang  tersebut akan dipergunakan
                  untuk pembangunan resort  dan  sarana  olah raga
                  seperti  lapangan  pacu kuda,  arena motor  cross,
                  sirkuit road race, pembuatan danau wisata dan sarana
                  prasarana lainnya.
                      Hal  tersebut  telah   menimbulkan    konflik
                  dengan masyarakat  adat  setempat, karena menurut
                  masyarakat, tanah tersebut  semestinya  kembali
                  menjadi penguasaan masyarakat adat karena sebelum

                  diterbitkan  K.P.  areal  tersebut  merupakan tanah
                  ulayat.  Pada masyarakat hukum  adat Minangkabau,
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167