Page 167 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 167

148   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan dan
            tuntutan pembangunan itu. Dengan keluarnya UU Nomor 5
            Tahun 1979, nagari sekarang tidak lagi memiliki wewenang
            administratif maupun eksekutif dan legislatif, tetapi hanya
            semata  unit  kesatuan  adat. Dengan  tidak  berfungsinya
            secara efektif lembaga-lembaga formal maupun informal
            di tingkat  nagari  ataupun  desa itu, maka lantunannya
            dengan  sendirinya  adalah  kepada  permasalahan yang
            berkaitan dengan  sosal-soal  harta  pusaka,  termasuk

            tanah ulayat ini. Rakyat, oleh karena itu, cenderung lalu
            membawakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
            tanah  ulayat ini kepada lembaga-lembaga  formal  yang
            lebih  tinggi,  di  tingkat  Kecamatan  ataupun  Kabupaten,
            termasuk  pengadilan maupun kepolisian.  Kelumpuhan
            yang terjadi  pada  lembaga-lembaga  informal  di  tingkat
            desa dan  nagari ini menyebabkan  proses  de-ulayatisasi

            makin cepat berlaku. 38
                Selanjutnya dalam  mengamati  proses de-ulayatisasi
            itu Mochtar Naim mengatakan:

                Di  daerah-daerah dimana  pengertian  tanah  ulayat
                telah menipis,  seperti  di  Jawa misalnya, kita  telah
                menyaksikan proses yang cukup mengerikan dimana
                bilangan petani tak bertanah makin membesar dan
                karenanya proses pemiskinan juga makin menjadi.
                Sebaliknya di  daerah-daerah di  mana  pengertian
                tanah  ulayat masih  kuat bertahan,  seperti  di




            38  ibid, hlm. 4.
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172