Page 177 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 177

158   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            terhadap  hukum adat.  Pensertipikatan  tanah adat  tidak
            akan menghapuskan tanah adat itu, melainkan sebaliknya
            justru  semakin  mempertegas  status  kepemilikan  serta
            letak, luas dan batas-batas tanah kaum.
                Terhadap  pendapat Herman Soesangobeng,  dapat
            dikemukakan argumentasi  bahwa dalam  konstruksi
            Hukum  Tanah Nasional  hak  atas  tanah hanya  dapat

            dimunculkan  pada  tanah Negara, hak milik  dan hak
            pengelolaan.  Memunculkan  hak atas  tanah di  atas  hak
            ulayat tidak dapat diakomodir dalam lembaga pendaftaran
            tanah. Jika pada tanah ulayat tersebut dilakukan mekanisme
            sewa menyewa, pinjam pakai atau lembaga penggunaan/
            pemanfaatan tanah lainnya tentu kurang menarik minat
            para investor karena  tidak merupakan ‘hak kebendaan’

            yang dapat dijadikan obyek jaminan hutang.
                 Dari aspek subyeknya, meskipun dapat dikatakan bahwa
            subyek tanah ulayat adalah masyarakat adat namun haruslah
            dapat diperjelas dan dipertegas siapa/apa subyek dari tanah
            ulayat tersebut  ketika tanah  ulayat tersebut  didaftarkan.
            “Dalam kepustakaan  anthropologi  subyek hak itu  disebut

            dengan unit  sosial pemegang  hak.   Sebagai perbandingan
                                           52
            dapat dikemukakan bahwa “unit sosial pemegang hak ulayat
            laut  di Papua  adalah  suku-suku laut  terbesar. Pemilikan
            tersebut kemudian sebagian dialihkan kepada suku-suku kecil
            (keret) pada perkembangan selanjutnya, desa atau kampung


            52  Ary Wahyono dkk., 2000, Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur
                Indonesia, Penerbit Media Presindo, Yogyakarta, hlm.30.
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182