Page 181 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 181

162   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


                Di Bali,  persekutuan hukum  yang  disebut  sebagai
            masyarakat  (hukum) adat adalah desa adat.  Peraturan
            Daerah Propinsi Bali No. 06  Tahun 1986  tentang
            Kedudukan,  Fungsi  dan Peranan Desa  Adat Sebagai
            Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Propinsi Daerah
            Tingkat I Bali, menyatakan bahwa Desa Adat sebagai Desa
            Dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi
            Daerah  Tingkat  I  Bali  yang  mempunyai  satu  kesatuan
            tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat

            Hindu  secara turun temurun  dalam  ikatan  Kahyangan
            Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu
            dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah
            tangganya  sendiri. Dengan  dikeluarkannya Peraturan
            Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001  tentang Desa
            Pakraman, maka sebutan Desa Adat diganti menjadi Desa
            Pakraman yang kemudian diubah lagi dengan Peraturan

            Daerah Provinsi Bali Nomor 3  Tahun 2003  tentang
            Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3
            tahun 2001.
                Meskipun unit sosial masyarakat adat di Bali adalah
            Desa Pakraman, namun dalam proses pendaftaran tanah
            adat (ulayat) dikenal 3 (tiga) subyek hak, yaitu:

            a)  tanah adat yang didaftar atas nama Pura yang dikenal
                sebagai  tanah  pura.  Tanah Pura  terdiri  dari 2 (dua)
                jenis  yaitu untuk pembangunan pura  (tanah  Tegak
                Pura)  dan  yang  diperuntukkan guna  pembiayaan
                keperluan pura  (tanah  Palaba Pura).  Pendaftaran
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186