Page 99 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 99

80    Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            dari rakyat. Hak ulayat dan lembaga persekutuan hukum
            dikenal  di  daerah Melayu  sebelum kedatangan Raja-
            raja  sentral,  yaitu  di  masa masih berlakunya keadaan
            banyak  raja-raja Kecil,  yang kemudiannya kehilangan
            kedaulatannya  sebab berpindah  pada Raja Sentral
            (sultan), misalnya Kerajaan-kerajaan Sukapiring, XII Kota,
            Senembah, Percut dan lain-lain”.

                “Pada  zaman Hindia Belanda maka  atas hak-hak
            ulayat dari  masyarakat di  sekitarnya di  Sumatera  Timur
            dilaksanakan  oleh  para Datuk Nan Empat  dan kemudian
            didelegasikan kepada Sultan untuk memberikan suatu hak
            untuk  menyewakan  tanah-tanah  yang ada dalam wilayah
            kekuasaannya .... Khusus untuk daerah Deli maka perjanjian
            konsesi  tersebut oleh  Sultan  Deli dengan  penguasa adat

            yaitu  para datuk  yang disebut  sebagai  pembesar  kerajaan
            ditandatangani dengan investor yang diberikan hak konsesi... 12
                Dalam perkembangan  selanjutnya  hingga pasca
            kemerdekaan, perdebatan dan konflik mengenai eksistensi
            tanah ulayat diwarnai pada seputar hak-hak rakyat dalam
            perkebunan (konsesi) yang meliputi  (1) tanah seratus atau
                                            13
            tanah  rabian  (wisselbouw),  yaitu  tanah untuk pertanian
            seluas 4  bahu;  (2) tanah  enam  ratus  (tanah  perluasan



            12   Rehngena Purba, ‘Masyarakat Hukum Adat Melayu Deli dan
                Hak Ulayat’, makalah disampaikan pada Seminar Sehari Laskar
                Ampera  M.  Nawi  Harahap  Angkatan  66  Medan  –SUMUTdi
                Hotel Sahid Medan Tanggal 11 Agustus 1999, hlm. 11.
            13   Mahadi, 1978, op.cit, hlm.128.
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104