Page 124 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 124
petani tidak merata. Sebagian berhasil menguasai hingga 400-
600 bata, namun terdapat petani lain yang hanya menguasai
di bawah 100 bata.
Pada tahun 2000 akhir, panitia pembebasan tanah yang
dibentuk oleh petani dusun Sukamaju dan Cigayam meng-
gabungkan diri dengan organisasi tani di Jawa Barat, yakni
Sarikat Petani Pasundan (SPP). Penggabungan diri ini dituju-
kan untuk memperkuat posisi petani dalam melakukan gerak-
an perjuangan mendapatkan hak atas tanah HGU PT.Mulya
Asli. Dengan koordinasi SPP, petani di dusun Sukamaju dan
Cigayam diorganisir dalam format organisasi tani lokal dalam
jaringan SPP. Tahun 2001, organisasi tani lokal di kedua
tempat ini menarik diri keluar dari SPP, didasarkan per-
timbangan mempergunakan jalur hukum (pengacara) dalam
mendapatkan hak atas tanah okupasi yang digarap selama
ini. Kemudian tahun 2003 organisasi tani di dusun Sukamaju
kembali menggabungkan diri dengan SPP dan terpecah
dengan organisasi petani di dusun Cigayam yang tetap
memilih jalur hukum.
Pada tahun 2007,. organisasi tani lokal di dusun Suka-
maju berhasil mendapatkan pengakuan hak atas tanah HGU
PT. Mulya Asli. Tanah HGU PT. Mulya Asli seluas kurang
lebih 69.95 Ha diserahkan pihak perusahaan melalui peme-
rintah, kepada petani dalam organisasi tani lokal dusun Suka-
maju. Penyerahan ini kemudian direspon oleh organisasi tani
dengan melakukan penataan atas penguasaan tanah di HGU
PT. Mulya Asli. Melalui musyawarah disepakati luasan tanah
yang akan diredistribusikan kepada seluruh anggota organisasi
tani lokal. Kriteria petani dan luas tanah yang dapat diredistri-
busikan yaitu: (1) petani anggota organisasi tani lokal yang
sudah melakukan penggarapan di tanah HGU PT. Mulya Asli
masing-masing mendapatkan luasan tanah 100 bata, (2)
petani anggota organisasi tani lokal yang belum melakukan
penggarapan di tanah HGU PT. Mulya Asli mendapatkan
110