Page 135 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 135

hingga menciptakan kesetaraan antara keduanya dalam
             pertanian. Dalam hal ini, William (1990) dalam Kusujiarti
             (2000) menyebutkan bahwa wilayah Jawa yang berpenduduk
             padatlah yang memiliki sistem ini, perempuan Jawa memiliki
             peran lebih signifikan dalam proses pertanian dibandingkan
             dengan perempuan-perempuan di wilayah lain.
                   Lebih jauh, pembagian kerja ini juga dapat dilihat dari
             peran masing-masing gender dalam perkawinannya. Li menje-
             laskan, untuk mengetahui derajat dimana perempuan dimar-
             ginalkan dalam peran perkawinanannya, diperlukan menelisik
             lebih dalam karakteristik pembagian kerja dan ritme kerja di
             mana para perempuan dan laki-laki berada. Whitehead (1985)
             membedakan karakteristik pembagian kerja antar gender
             menjadi dua macam, yaitu: pertama, sex-sequential labor pro-
             cess, ketika laki-laki dan perempuan bekerja secara bergantian
             untuk menghasilkan produk bersama. Kedua, sex-segregated
             process, sebuah proses di mana masing-masing gender bekerja
             dan melakukan semua proses tanpa bantuan dari gender lain
             untuk menghasilkan sebuah produk. Dalam kedua bentuk
             ini, perempuan terlihat lebih lemah dalam melakukan klaim
             atas properti dalam proses yang pertama, karena penghargaan
             atas kerja mereka seringkali tidak jelas. 29
                   Penelitian-penelitian pada perempuan dalam rumah
             tangga yang memiliki tanah setelah periode land reform juga
             dilakukan oleh Mencher (1986:260), D’Amico (1983:90-


                 29  Dikutip dari Li, Tania. 1998. Working Separately but Eating Together:
             Personhood, Property, and Power in Conjugal Relations. Masih di tulisan yang
             sama, Li menjelaskan sebuah kondisi di Lauje, sebuah komunitas pengolah
             lahan berpindah yang berjumlah sekitar 30ribu dan tinggal di wilayah
             pantai dan bilah berbukit di Teluk Tomini, pada semenanjung yang terletak
             di Sulawesi bagian utara. Di tempat ini ada kesepakatan bersama bahwa
             baik laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama atas lahan warisan.
             Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan
             dalam mengoperasionalisasikan klaim mereka, yaitu: pertama, laki-laki
             memiliki dominasi yang lebih di ruang publik dalam relasi antar rumah

             121
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140