Page 132 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 132
dalam pembagian warisan, nilai budaya yang disepakati
menunjukkan bahwa pembagian harta dilakukan sesuai
keinginan orang tua yang mewariskan, sedangkan hukum
agama menunjukkan bahwa anak perempuan akan mendapat-
kan setengah dari bagian laki-laki. Nilai budaya yang sudah
diinternalisasi ke dalam keluargalah lebih menonjol. Institusi-
institusi lain, baik agama atau desa, terlibat dalam proses ini
hanya jika institusi keluarga tidak mampu melakukan pem-
bagian ini sendiri.
Relasi Gender dalam Penguasaan Lahan
Pasca Okupasi di Pasawahan
Pasawahan belum mengalami sertifikasi, sampai saat
ini yang diyakini sebagai pegangan adalah surat penunjukkan
garapan dan pencatatan pengajuan surat permohonan ber-
sedia menggarap: dalam kedua surat ini, baik laki-laki dan
perempuan bersama-sama mengajukan dan nama mereka
tercantum masing-masing di dalam surat pengajuan.
Nilai budaya lokal mengatakan bahwa penguasaan lahan
dimiliki bersama oleh suami-istri. Oleh karena itu proses
pengalihan hak juga harus berdasarkan konsensus kedua
pihak. Ada sebutan “tidak wajar” bagi istri atau suami yang
memutuskan pengalihan lahan atas namanya tanpa per-
setujuan pasangan.
Dalam proses perceraian, hukum agama dan budaya
saling menguatkan untuk memberi hak yang sama bagi laki-
laki dan perempuan untuk mengakses harta (baik yang
berbentuk lahan atau bukan) yang dihasilkan selama per-
kawinan. Harta yang tidak dihasilkan dalam perkawinan (harta
bawaan) menjadi milik masing-masing.
Dalam proses pewarisan, kebiasaan yang lebih sederhana
yakni pembagian langsung oleh orang tua cenderung lebih
118