Page 161 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 161

Kepentingan atas Tanah timbul

                   Begitu tanah mulai muncul dan semakin besar, tumbuh
             pula kepentingan menguasai apa yang ada di sana. Dengan
             berbagai cara, termasuk membangun mitos-mitos, masyarakat
             Kampung Laut melakukan kontrol penuh atas sumberdaya
             agraria yang timbul di atas Segara Anakan. Mereka, dengan
             kesadaran penuh dan sangat sistematis, mengkonstruksi
             kekuasaan atas tanah timbul. Ada beberapa alasan yang
             menyebabkan warga merasa perlu untuk menguasai tanah
             timbul. Pertama, karena mereka adalah warga negara yang
             selama ini tinggal di atas Segara Anakan, sehingga mereka
             menganggap otomatis berhak memiliki yang muncul di area
             tersebut. Keterkaitan mereka atas Segara Anakan dan segala
             yang muncul di atasnya, didasarkan pada klaim historis, kul-
             tur, dan kekuasaan lokal.  Kedua, selama ini warga Kampung
                                     43
             Laut menggantungkan hidup pada Segara Anakan. Oleh
             karena itu, ketika Segara Anakan tersebut hilang dan menjadi
             daratan, mereka tetap menggantungkan kehidupannya di
             sana. Ketiga, karena ketergantungan secara ekonomi, sosial,
             dan budaya yang sudah sangat kuat itulah, maka masyarakat
             Kampung Laut merasa menjadi pemilik tunggal atas wilayah
             ini. Jikapun ada warga atau masyarakat lain yang mau
             melakukan investasi, pengelolaan, atau membuka akses di
             area Kampung Laut, maka harus mengikuti tata cara dan
             nilai-nilai yang berlaku di Kampung Laut ini, termasuk di
             dalamnya tata cara tenancy sumberdaya agrarianya.
                   Dari berbagai pihak yang melakukan penguasaan Tanah
             Timbul, sulit memetakan manakah yang dominasinya kuat.
             Warga asli atau pendatang sama-sama memiliki kekuatan
             masing-masing. Akan tetapi jika kita sederhanakan, model-
             model dominasi yang mereka tunjukkan bisa dilihat pada


                 43  Disarikan dari beberapa hasil wawancara dan diskusi dengan warga
             desa, tokoh, aparat desa, dan mantan aparat desa.

             147
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166