Page 162 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 162
pola-pola berikut: (1) Untuk dominasi atas status sumberdaya
agraria yang ada di Kawasan Segara Anakan dan Tanah
Timbul yang kemudian muncul, warga Kampung Laut atau
warga asli yang sangat dominan. Termasuk ketika mereka
menetapkan klaim penguasaan, pemilikan, maupun penge-
lolaannya. Warga luar (Darat) tidak ada bisa melakukan inter-
vensi pada sistem ini. Warga dari luar atau pendatang hanya
bisa melakukan penguasaan tanah Tanah Timbul ini, jika
sudah mengikuti sistem yang ditetapkan (dijelaskan nanti).
(2) Untuk dominasi kapital, hal ini juga harus dihitung kem-
bali, karena penampakan atau visualisasi kekuasaan kapital
kaum pendatang tidak tampak nyata di area Tanah Timbul
ini. Sulit disebutkan bahwa kaum pendatang itu memiliki
dominasi berbasiskan modal. Namun demikian, dari beberapa
informasi yang ditemui, karakter pendatang yang datang
melakukan trukah bagi warga Kampung Laut, atau yang
datang dengan cara lain seperti menyewa, gadai dan membeli,
mereka tampil sangat biasa-biasa saja. Bahkan di beberapa
lokasi yang ditemui, mereka tinggal pada gubuk-gubuk yang
dibuat seadanya. Padahal di daerah tempat mereka berasal,
di darat, mereka adalah warga yang cukup berada. (3) Akan
tetapi tidak bisa dilepaskan adalah kekuasaan dominan di
tingkat warga Kampung Laut atau warga lokal sendiri. Di
lingkungan mereka konsolidasi atau akumulasi kapital terjadi
justru tidak kalah masif dengan konsolidasi yang dilakukan
oleh warga darat di sana. Mereka yang memiliki kekuatan
menyatukan dua sumberdaya kapital adalah mereka yang
secara perlahan menunjukkan dominasinya. Sebab dengan
kemampuan melakukan pengelolaan atas sumber-sumber
modal tersebut mereka bisa hidup semakin makmur.
Dengan demikian, menjadi jelas sekali bahwa kuasa
dominan di Tanah Timbul belum sampai pada taraf kris-
talisasi. Peralihan atau pergeseran kekuasan, entah itu kapital
atau sosial, masih terus terjadi dan berganti. Saat ini, sudah
148