Page 185 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 185
Distribusi Hasil Produksi
Proses distribusi hasil-hasil produksi tidak begitu ber-
masalah. Masyarakat dapat dengan mudah menjual hasil
tangkapan laut pada banyak pihak, pengepul, warga darat,
tetangga, dan sebagainya. Begitu pula ketika mereka sudah
mendiami atau bertempat tinggal di lahan kering (daratan).
Proses distribusi hasil produksi tidak pernah menjadi kendala.
Hanya sedikit saja perbedaannya: jika dahulu proses transaksi
bisa dilakukan dengan barter, misalnya ikan ditukar dengan
beras: saat ini semua dikonversi menjadi uang dengan harga
yang disesuaikan dengan mekanisme pasar.
Dalam proses produksi, entah menjadi petani atau nela-
yan, tekanan dari pihak luar bisa dikatakan tidak ada. Warga
Kampung Laut memiliki kebebasan penuh untuk menentu-
kan apakah tanah yang dimilikinya itu mau ditanami atau
tidak, atau jikapun mau ditanami, mereka sangat bebas me-
nentukan mau ditanami apa saja: padi, sayuran, pohon, atau
rumput untuk ternak mereka.
Dalam perkembangan jamannya, terjadi perubahan
sistem distribusi hasil panen. Distribusi lokal pada tetangga
dan lingkungan sekitar sudah tidak lagi memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, produksi
masyarakat harus dipasarkan hingga konsumen yang me-
mungkinkan kesesuaian harga yang diharapkan. Di Panikel
dan Ujung Gagak, masyarakat mendistribusikan hasil panen
dengan perahu menuju TPI Majingklak (Jawa Barat) atau
melalui pelabuhan Sleko di Cilacap, atau pilihan lainnya
didistribusikan ke pasar Kawunganten di Kecamatan Kawung-
anten. Sekarang sistem distribusi lebih mudah, karena teng-
kulak dapat melakukan transporasi darat menggunakan mobil
bak terbuka untuk mengambil hasil panen dan membayarnya
di tempat. Dengan cara ini, masyarakat dapat menghemat
waktu dan biaya transportasi yang diperkirakan juga lebih
171