Page 187 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 187
Kontribusi Tanah Timbul bagi Kehidupan
Pada awalnya, mungkin sedikitpun tidak terbetik dalam
pikiran masyarakat Bejagan atau Kampung Laut bahwa
mereka akan disuguhkan satu fenomena ekologi: laut yang
selama ini menjadi sumber dan tempat mereka hidup, tum-
buh, dan besar, harus berganti menjadi daratan. Masyarakat
yang sudah larut dalam cerita mengenai Ki Jaga Laut ini,
tentu tidak pernah menyangka bahwa cerita itu, mitos itu,
harus mereka rekonstruksi kembali karena dibutuhkan untuk
menghadapi suatu pertarungan baru berbasis sumberdaya
yang juga baru bagi mereka.
Mengapa demikian? Karena area baru tempat melaku-
kan pertarungan ini lebih heterogen, lebih dinamis, dan tentu
saja membutuhkan kapasitas lebih, jika para aktor ingin me-
menangkan pertarungannya.
Ki Jaga Laut adalah tokoh besar yang kemudian mereka
klaim sebagai cikal bakal mereka. Kata ‘Ki Jaga’ dan ‘Laut’
bukan hanya masalah nama, namun juga adalah sejumlah
skill taktis yang dimiliki oleh Wiratamtama. Dengan kesak-
tian Ki Jaga Laut, selain berhasil membuat perompak di
Segara Anakan berhenti beroperasi, juga bisa menaklukan
berbagai ombak besar yang kerap mengganggu anak-anaknya
jika sedang mengarungi Segara Anakan.
Di kawasan yang saat ini menjadi area kantor desa
Penikel, sebagai contoh, Segara Anakan sedalam tujuh depa
60
atau sekitar 14 meter. Agak ke tengah, ombak di sana se-
tinggi lima meter. Tapi keganasan alam itu takluk seiring
dengan kehadiran Ki Jaga Laut. Lalu, bagaimana jadinya jika
mitos yang dilekatkan pada sumberdaya air ini, masih diper-
cayai ketika sumberdaya airnya justru mulai menghilang?
Pentingnya rekonstruksi mitos Ki Jaga Laut dan wiratamtama
60 Wawancara dengan Kepala Desa dan Sekdes Desa Penikel.
173