Page 233 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 233
sengketa penambangan. Sebagaimana dijelaskan di bab
sebelumnya, setidaknya terdapat empat argumen penolakan:
Ancaman atas penghancuran ruang hidup (life space),
dalam pengertian ini bukan saja soal basis produksi dan sub-
sistensi warga pesisir yang terancam, namun semua dimensi
kehidupan warga pesisir juga bisa hancur, atau setidaknya
rusak. Sehingga mengancam pula kelanjutan generasi penerus,
kasus banyak proyek penambangan SDA di Indonesia yang
tidak pernah selesai dalam penanganan ekologis cukup men-
jadi bukti nyata, watak eksploitasi brutal, kasus pengrusakan
ekologis dari penambangan Freeport, Newmont, Exon Oil
dan seterusnya, masih hangat di ingatan.
Ancaman bagi rusaknya keberlangsungan layanan alam.
Jelas bahwa proyek penambangan juga akan mengancam
langsung bagi kelimpahan SDA yang telah direguk warga
pesisir demi keberlangsungan hidup mereka sehari-hari dan
telah terbukti nyata bagi perubahan taraf hidup ekonomi dan
sosial mereka. Lahan pasir yang telah jadi subur dan ramah
terhadap banyak tanaman pangan dan palawija adalah lum-
bung alami bagi kehidupan warga pesisir, yang akan punah
dengan mega proyek penambangan pasir.
Klaim tidak mendasar PAG atas lahan yang disengketa-
kan. Rencana penambangan atas lahan pasir seluas kurang
lebih 3000 ha, dan 1,8 m dari bibir pantai jika diukur langsung
di lapangan tidaklah benar. Sebab ukuran tersebut akan me-
lahap hampir semua lahan warga khususnya di desa Bugel
dan Garongan termasuk perumahan warga.
Ancaman hilangnya Pengetahuan Lokal Petani dalam
pengelolaan sumber daya lahan pasir, yang sebelumnya telah
selaras dengan keberlangsungan ekologis lahan pasir. Temuan
jenis tanaman palawija dan buah- buahan, model irigasi, tek-
nologi pengolahan lahan pasir dengan pupuk, dan penanganan
hama ala petani pesisir serta pengelolaan pertanian lahan pasir
lainnya tidak akan punya tempat lagi, ketika proyek penam-
219