Page 228 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 228
berkelanjutan diharapkan suara perlawanan PPLP mampu
“mengepung” dan merebut opini publik melawan pendukung
pembagunan pasir besi Kulon Progo di Yogyakarta. Perluasan
wilayah kampanye di kampus-kampus besar ini dianggap
semakin penting, mengingat untuk kampanye lugas di Yogya-
karta dianggap berisiko tinggi. Sejauh ini yang sudah di-
rancang-agendakan untuk kepentingan kampanye lewat
pementasan Teater secara road show di berbagai kampus besar
di pulau Jawa.
Jika merujuk pada Fauzi (2008), yang menganalisa
perjuangan Serikat Petani Pasundan (SPP) di Jawa Barat,
model dan lahirnya perlawanan PPLP dapat dilihat sebagai
hasil pertautan dari proses konteks makro struktural, yaitu
penetrasi kapital dari rencana penambangan pasir besi dengan
proses kesadaran pengetahuan baru (pengetahuan keagrariaan,
teknologi dan inovasi pertanian lahan pasir) maupun relasi
dan jaringan PPLP di beragam kelompok: akademik, seniman,
ulama, LSM/NGO, Aktivis Lingkungan/Petani dan komu-
nitas lain yang peduli terhadap kerusakan ekologis pasir besi 79
yang pada akhirnya mendorong proses modernisasi di dalam
masyarakat petani Kulon Progo sendiri, sehingga ikut mem-
bentuk derajat perlawanan dan bentuk mekanisme tata pro-
duksi dan pasca produksi yang khas dengan pasar dan bentuk
komersialisasi hasil pertanian mereka.
Sementara dari strategi perlawanan yang dilakukan
PPLP selama ini, terlihat bentuk-bentuk lain dari model
Gerakan Sosial Pedesaan (GSP) lama yang bergerak pada
ranah moral ekonomi subsistensi dan pilihan-pilihan rasional
79 Menurut Widodo dalam bulan bulan terakhir ini, beberapa komu-
nitas dan aktivis lingkungan dari Finlandia, Belanda, Australia, atas un-
dangan jaringan petani di UGM, berkunjung ke Kulon Progo dan berdialog
dengan pengurus PPLP terkait dengan perkembangan konflik dan
pertanian hortikultura di lahan pasir besi. Wawancara (via telpon) dengan
Widodo, 12 Juli 2009.
214