Page 246 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 246

harus melalui jalan desa yang sekarang telah dilubangi oleh
           masyarakat. Pihak perusahaan juga menyampaikan tentang
           pengungsian karyawan PT KAL yang tinggal di Trisobo
           karena rasa takut. Berkaitan dengan batas tanah, PT KAL
           menyatakan tidak pernah mengubah patok batas yang telah
           tertanam sejak pembelian dari PT Tatar Anyar Indonesia.
                Dalam pertemuan ini, pihak Kantor Pertanahan
           Kabupaten Kendal menyampaikan bahwa luas tanah HGU
           tetap seperti yang tercantum pada sertifikat sepanjang belum
           ada bukti sebaliknya. Apabila ada permasalahan yang
           berhubungan dengan hak atas tanah (HGU) dan menggangap
           bahwa tidak sah/cacat hukum, pihak BPN mengharapkan
           hal ini diselesaikan melalui jalur hukum. Dari hasil penelitian
           lapang dan administrasi yang dilakukan BPN, ternyata HGU
           No 1 desa Trisobo batas wilayah desanya ada kekeliruan,
           semestinya areal HGU Desa Trisobo lebih luas daripada yang
           tertera dalam sertifiikat karena areal tersebut tecatat (masuk)
           dalam sebagian areal HGU No 1 Desa Kertosari. Berdasarkan
           perkiraan luas kebun di desa Trisobo yang seharusnya seluas
           kurang lebih 149 Ha sedangkan yang terletak di Desa
           Kertosari hanya kurang lebih seluas 2 Ha.
                Pada pertemuan/rapat yang ke II di Sekwilda, ada suatu
           kesepakatan bahwa PT KAL dapat menyadap kembali
           tanaman karetnya dengan syarat harus mengaspal terlebih
           dahulu jalan dari balai desa sampai di Loji (perumahan sinder
           kebun) sepanjang 3 km. Pada pertemuan kedua ini PT KAL
           menyampaikan akan membantu masyarakat Trisobo yang
           benar-benar miskin. Apabila ada tanah milik warga yang
           masuk areal HGU tersebut maka PT KAL tidak keberatan
           untuk mengembalikannya.
                Pertemuan selanjutnya adalah pada sidang Komisi A
           DPRD Kabupaten Kendal pada tanggal 13 Mei 2000. Pada
           pertemuan ini masyarakat menarik diri dari kesepakatan rapat
           yang dilaksanakan di Kantor Sekwilda, dengan alasan bahwa

                                                                 232
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251