Page 77 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 77

64    Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA


            melalui penataan aset dan penataan akses serta memberikan
            kepastian hukum terhadap penguasaan tanah yang berada di
            dalam kawasan hutan.
                Urgensi penerbitan Perpres tentang Reforma Agraria (RA)
            dimuat  dalam Perpres No. 45  Tahun 2016  tentang Rencana
            Kerja  Pemerintah Tahun  2017, sebagai  program  prioritas
            penguatan regulasi dan penyelesaian konflik agraria.

                R Perpres  tentang  Tata Cara Penyelesaian Penguasaan
            Tanah  yang  Berada  di Dalam  Kawasan  Hutan  secara  tidak
            langsung juga mendukung Program RA.

                Mengapa RA merupakan keniscayaan?  Upaya menata
            kembali penguasaan dan pemilikan tanah, khususnya tanah
            pertanian, sudah dilaksanakan melalui program Landreform
            (LR) sesuai UU No. 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas
            Tanah  Pertanian  dan  berbagai peraturan pelaksanaannya.
            Namun program LR terkait redistribusi tanah itu mengalami
            pasang surut, terutama sejak tahun 1965, karena faktor teknis,

            politis-psikologis,  kelembagaan,  teknis  pelaksanaannya dan
            kekurang akuratan data.
                LR  yang  dilaksanakan  setengah hati itu memperoleh
            kembali  semangat hidupnya  dengan  terbitnya Ketetapan

            MPR RI No. IX / MPR / 2001  tentang Pembaruan  Agraria
            dan Pengelolaan Sumber Daya  Alam (PA-PSDA). Belajar
            dari permasalahan LR di masa lalu, pada tahun 2005, Badan
            Pertanahan Nasional (BPN) dibawah pimpinan Joyo Winoto
            menekankan esensi RA sebagai aset dan akses reform. Dalam
            pelaksanaannya  fokus  RA  lebih pada  aset reform. Akses
            reform,  jika  ada, sifatnya sporadis.  Disamping  redistribusi
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82