Page 139 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 139
T: Untuk apa Anda mengunjungi makamnya?
J: Karena saya bersimpati pada lelaki yang tidak boleh
dikuburkan di pemakaman umum.
T: Kenapa Anda memberi apel dan pisang?
J: Karena saya mengambil jeruk dan pisang dari sesa
jennya dulu.
T: Kenapa Kabur bin Sasus tidak boleh dimakamkan di
kuburan umum?
J: Tidak tahu. Bukan saya yang ambil keputusan. Yang
saya saksikan, seorang pemuda yang mengenakan
jubah, rompi, dan topi bulu yang berjuntai panjang
melarang orangorang untuk memakamkan jenazah di
kuburan umum karena ia menganggap mendiang mati
dalam keadaan musyrik.
“Apakah pria muda itu juga melarang jenazah untuk
dimakamkan di manapun di desa ini?”
Aku terdiam. Aku merasa pertanyaan ini menjurus kepada
pemuda itu. Aku tidak suka pemuda K, tetapi aku tak ingin
ikut campur dalam perkara tak masuk akal ini. Sudah cukup
kesulitanku akibat kalah taruhan.
“Tidak,” jawabku. Meski demikian, demi ketertarikanku
sendiri, aku mencoba mengingatingat adakah pemuda K me
mang mengatakan hal demikian. Apakah dia sempat mencoba
melarang jenazah lelaki itu dikuburkan di manapun di desa ini.
Aku tak bisa ingat.
Terakhir dia bertanya, dengan agak santai—dia tak lagi
menyebutku “Anda”. “Apakah Mas percaya kalau jenazah
bangkit dari kubur?”
Aku menghela napas. Aku tentu saja punya kepentingan
agar jenazah itu baikbaik saja di dalam kubur, dikeloni Tante
Sundel Bolong. Lalu kuceritakan taruhanku dengan Parang
Jati kepada mereka. Ia tidak mengetikkannya. Setelah itu kami
12