Page 134 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 134
Kubur Kosong
aKu menyaKsiKan KuBur kosong itu. Selain kami berdua yang
pertama kali mendapat berita itu dari sang istri, hadir pula
kepala desa, beberapa hansip, penghulu yang kunamai Semar,
seorang perempuan sederhana juru kunci mataair desa, dan
beberapa anggota keluarga mendiang. Tibatiba aku memilih
kata mendiang sebab teringat olehku pemuda Kupukupu yang
melarang sang penghulu menggunakan kata almarhum bagi
lelaki yang mati, dengan alasan pria itu bukan muslim. Dia pula
yang melarang penduduk menguburkan jenazah di pemakam
an umum, dengan alasan pria itu musyrik. Anak muda itu tidak
hadir.
Dua orang polisi bersepeda motor datang tak lama kemu
dian. Sang istri menjadi histeris kembali dan berseru kepada
mereka, “Lihat! Kuburnya terbelah, Pak Polisi!”
Aku, dengan kecenderungan skeptisku yang telah kembali,
lebih senang mengatakan bahwa makam itu terbongkar. Ia
dimakamkan tanpa peti, sehingga tak ada yang terbelah. Mes
ki demikian, tanah yang semula menutup kini terburai di
12