Page 153 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 153
“Kalau aku tidak menuruti perintahmu, mau apa kau!”
balas penghulu Semar.
Bibir Pemuda K bergetar. Lalu ia menyahut, “Kalau Pak
Ustadz tidak mau bertobat, saya tidak bertanggungjawab atas
keselamatan Pak Ustadz!”
“He, anak kecil! Kamu mau mengancam orang tua, ya!”
Kini tetua Sang Resi Bisma maju sambil menyingsingkan
lengan sorjannya. Bersamaan dengan itu beberapa lelaki mulai
memasang kudakuda. Resi Bisma maju sambil melanjutkan
petuahnya. “Dasar! Tidak tahu tatakrama. Ngakungaku ber
agama tapi tidak punya sopansantun!”
Sekarang beberapa lelaki di antara penduduk tampak telah
siaga. Sang Resi telah memberi semangat pada mereka. Pria
baya itu terus melangkah mendekati Pemuda Kupukupu. Satu
per satu lelaki desa bergerak maju, membuat semacam sayap di
kanankirinya. Aku melihat nyali Pemuda K menciut lebih dari
separuh sekarang. Ia sedang menguji dirinya dengan latihan
pertama.
Resi Bisma telah bermukamuka dengan dia sekarang.
Lelaki tua itu tidak berkata apaapa. Tapi perangainya jelas
menyatakan agar Pemuda K dan rombongannya segera enyah
dari sini.
Si pemuda membaca itu.
“Baiklah,” ia mencoba mempertahankan keangkuhannya.
“Kami diwajibkan untuk memperingatkan Bapakbapak dan
Ibuibu untuk kembali ke jalan Allah. Kabur bin Sasus adalah
pamanku. Kusangkal dia. Sebab dia telah bersekutu dengan
Iblis. Tapi, kini seluruh desa hendak pula bersekutu dengan
Iblis.”
Tibatiba seseorang melempar kerikil, mengenai topi bulu
jumbainya.
“Kau pikir, ke mana jenazahnya sekarang!” si pelempar
batu menyeru.
1 3