Page 154 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 154
Kemudian kutahu, orang itu adalah sejenis murid dari
Kabur bin Sasus. Kemudian pula aku bisa memetakan sikap
warga desa terhadap peristiwa kubur kosong yang disebut
sebagai “kejadian”. Si pelempar batu percaya bahwa gurunya
telah bangkit dari kubur, dan itu menunjukkan kesaktiannya.
Di seberangnya adalah pengikut Pemuda K, yang seandainya
pun percaya bahwa mayat Kabur pergi dari kubur, mereka
berpendapat itu menunjukkan bahwa bumi menolaknya. Bumi
memuntahkannya sebab ia telah bersekutu dengan Iblis.
Suasana menegang. Para pengikut Pemuda K menunggu
abaaba untuk menyerang atau pergi. Beberapa lelaki desa
mulai merunduk memungut batubatu. Mereka menunjukkan
sikap siap melempar. Satu abaaba kecil saja, satu orang
melontar kerikil saja, bongkahbongkah batu lebih besar dari
kepalan akan berlontaran bagai serangan meriam.
“Baiklah! Jika BapakBapak berkeras, kami pergi seka
rang,” akhirnya berkata Pemuda K. Tapi matanya nyalang.
Geram mulutnya yang terkatup menyatakan bahwa ia tak akan
berhenti sampai di sini.
Mereka mundur. Dari kerumunan terdengar makian. Sua
ra batubatu dijatuhkan perlahan kembali ke tanah. Aku tahu,
ketegangan telah bertumbuh di pedusunan ini. Ada suatu
rasa berdebar yang mengasyikkan. Seperti ketika meletakkan
sebuah taruhan.
Tibatiba hujan tercurah bagai air bah setelah menjebol
tanggul sihir sang pawang.
1