Page 173 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 173

Dalam  kepercayaan  mereka,  dunia  tak  kasat  ini  lebih
                 unggul  dan  mulia  dibanding  dunia  yang  kasat.  Karena  itu
                 dialah  yang  berbicara  kepada  kita,  bukan  sebaliknya.  Dialah
                 yang memberi tanda­tanda.
                     Untuk  bisa  kembali  ke  cara  pikir  pra­modern,  peristiwa
                 gunung Gamping harus kita deskripsikan kembali dengan lebih
                 netral seperti ini:


                   Pada Jumat bulan purnama Sapar, antara tanggal 10 dan 15, goa
                 telah  tertutup  batu­batu.  Orang­orang  lalu  mengeluarkan  bebatuan
                 itu, namun Ki Wirasuta dan pengiringnya tak ditemukan jua.


                     Setelah itu, orang­orang desa percaya bahwa Ki Wirasuta
                 dan para pengiringnya tetap hidup sebagai penguasa di gunung
                 Gamping itu, dan kepada merekalah pengantin Bekakak diper­
                 sembahkan.  Sepasang  putra  Ki  Wirasuta  menguasai  batu
                 dan pepohonan hutan. Sepasang putrinya menguasai air dan
                 bunga­bunga. Sepasang pelayannya menguasai tobong pemba­
                 karan  batu.  Demikianlah.  Kata  “mati”  tak  pernah  disebut  di
                 sini. Sebab, ada kemungkinan lain. Yaitu, Ki Wirasuta malih ke
                 alam halus, seperti seorang putri yang pergi ke Samudra Sela­
                 tan dan menjelma Nyai Rara Kidul. Mereka beralih ke dunia
                 spirit, bagai benda padat menyublim sebagai gas.
                     Ini  sangat  berbeda  dari  mengatakan  bahwa  Ki  Wirasuta
                 mati dalam musibah tanah longsor dan arwahnya gentayangan
                 di gunung ini. Rumusan ini adalah rumusan kompromis orang
                 modern yang percaya hantu.

                     Aku  menakjubi  keserupaan  motif  antara  upacara  Beka­
                 kak  di  Gamping  dengan  Sajenan  di  Watugunung.  Mereka
                 mengingatkan aku pada kemiripan antara kisah Sangkuriang
                 dalam  tradisi  Sunda  dan  cerita  Watugunung  dalam  tradisi
                 Jawa,  seperti  dikisahkan  Parang  Jati  di  perjalanan  pertama
                 kami dulu.


                                                                        1 3
   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178