Page 175 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 175
untuk melihat apa yang terjadi. Yaitu, bahwa peristiwa yang
sedang kami alami sekarang justru menampakkan legenda
yang sedang membentuk diri. Atau, legenda yang sedang
memperbarui diri. Tidakkah kejadian hilangnya jenazah Kabur
bin Sasus memiliki kemiripan dengan lenyapnya keluarga Ki
Wirasuta? Keduanya memiliki satu motif yang sama. Yaitu,
hilangnya jasad.
Hilangnya jasad membuka kemungkinan. Hilangnya se
suatu selalu membuka kemungkinan.
Mumpung jasad itu lenyap, ada kesempatan untuk men
ciptakan mitos. Kabur bin Sasus bisa menjadi Ki Wirasuta bagi
penduduk Watugunung. Ia bisa menjadi legenda lokal.
Tapi, sialan!, untuk apa juga? Apa untungnya menjadi
legenda lokal jika ia memang mati? Tewas digigit anjing gila—
apa gagahnya? Apa untungnya bagi para pengikutnya untuk
memiliki Kabur bin Sasus sebagai legenda lokal? Toh, tanpa
legenda lokal, orangorang desa telah menjalankan ritual ini
bertahuntahun dengan senang hati.
Sesungguhnya, aku masih tak punya ide mengenai apa
yang benarbenar terjadi pada Kabur bin Sasus. Masa ia bang
kit dari mati? Atau ia bangkit dari mati suri? Ada orang yang
mencuri jasadnya? Tapi untuk apa?
Kutahu dari polisi yang kantornya kutumpangi dua malam
ini, bahwa “kejadian” tersebut mulai menciptakan “suasana
yang kondusif untuk halhal yang sensitif” di Watugunung.
Sepasang polisi yang dulu menginterogasi aku itu kini menjadi
dua dari kenalan yang lumayan bisa diandalkan di daerah ini.
Dari merekalah aku tahu bahwa setelah “insiden” dalam Sajen
an kemarin, kini mulai terjadi polarisasi di antara penduduk
Watugunung. Pengikut Kabur bin Sasus di satu sisi. Pengikut
Pemuda Kupukupu di kutub seberang. Di antaranya, ada tokoh
tokoh yang perlu diperhitungkan. Antara lain, penghulu Semar,
kepala desa, dan tokoh yang kusebut sebagai Resi Bisma.
1